Kamis, 16 Mei 2013

Kancil Mencuri Timun

Kesal timunnya masih dicuri oleh binatang dari hutan walaupun telah memasang orang-orangan -- yang terbuat dari kayu yang diberi baju dan kemeja hingga mirip orang beneran -- di sawah untuk menakut-nakuti mereka, Pak Tani berniat mencoba trik baru menangkap si biang kerok. Rupanya si pencuri telah mengetahui bahwa orang-orangan itu hanya patung belaka, sehingga tidak takut lagi. Bahkan si pencuri telah berani mengejek benda itu.

Pak Tani lalu mencoba cara lain. Dengan meminjam teknik menangkap burung dengan pulut -- sejenis getah pohon nangka yang sangat lengket. Pak Tani melumuri orang-orangannya dengan pulut sambil berharap si binatang akan melekat pada orang-orangan itu.

Sungguh beruntung nasib Pak Tani dan sungguh malang nasib si binatang yang akhirnya benar-benar terjebak pada patung itu. Mulanya si binatang, yang ternyata adalah Sang Kancil mengejek orang-orangan dengan kata-kata, diikuti dengan menjulurkan lidah, memasang jari telunjuk di sisi kepala kanan-kiri dan diakhiri dengan menendang orang-orangan dengan kakinya yang kecil. 


"Gubraaak!" dan kaki Sang Kancil-pun melekat pada getah yang dilumurkan pada kaki orang-orangan. Usaha menyeruduk malahan membuat kepalanya ikut menempel. Kondisinya lebih parah lagi kala Sang Kancil memukul orang-orangan dengan ekornya. Jadilah tubuhnya melekat erat pada orang-orangan sawah.

Pak Tani yang pulang dari mencari kayu bakar di hutan bersiul-siul riang saat melihat si pencuri tak berkutik di sawahnya. "Tralala Trilili, Cihuiiii!" siulnya sambil membayangkan timunnya tidak akan dicuri lagi dan makan malamnya kali ini akan ditemani oleh sate kancil bumbu merica. "Nyam nyam nyam, sate kancil lezaaatt bok! serunya penuh kegembiraan seolah matahari tersenyum khusus untuknya.

^_^

Malang sungguh malang sang kancil yang diikat dan dikurung di kurungan ayam sambil menunggu hidupnya berakhir di pembakaran sate. Tapi ulah Si Anjing Gembala Pak Tani yang iri kala Sang Kancil membual bahwa dirinya sedang menunggu penjahit datang untuk mengukur baju untuknya dan Pak Tani sedang mencari makanan lezat di hutan untuk disuguhkan padanya -- telah menyelamatkan Sang Kancil. Si Anjing Gembala yang menginginkan baju dan makanan "bohong-bohongan" tersebut bersedia bertukar tempat dengannya. Dia diikat dan ditempatkan di kurungan ayam, sementara Sang Kancil pergi lenggang kangkung sambil bersiul-siul riang.

Marah benar Pak Tani pada si Anjing yang disebutnya seekor makhluk tolol dan tamak! Makhluk yang mudah ditipu-tipu oleh musuh Pak Tani. Makhluk yang tidak mampu berpikir dengan jernih dalam menilai sebuah fakta. Seharusnya si Anjing gembala tahu bahwa Pak Tani telah berbulan-bulan memasang jebakan buat Sang Kancil, eee setelah ketangkap kok malah dilepaskan.

Tentu saja Si Anjing Gembala yang merasa dirinya sangat mahir dalam urusan menggembala kambing tidak terima. Dia balik menuduh Pak Tani sebagai pemimpin yang tidak komunikatif. Pemimpin yang bekerja serampangan. Main tuduh sembarangan! Menilai Si Anjing dari bidang yang bukan tanggung-jawabnya!. Mau menang sendiri. Mikir kepentingan diri sendiri. Nggak pernah mau mengembangkan anak buahnya! Hanya ingin mengunduh hasil dari tanah pertanian dan peternakan miliknya tanpa pernah mau berbagi informasi, apalagi melatih anak buahnya. Blah! blah!

"Aku kan tiap hari sibuk menggembala kambing. Mana mungkin aku tahu kalau kancil itu hasil tangkapan. Pak Tani nggak pernah memberitahukan bahwa dia punya proyek menangkap kancil sih! Salah dia sendiri nggak pernah bagi-bagi informasi! Semua dia simpan sendiri seolah semua adalah rahasia!"

Kemudian Si Anjing Gembala juga membela diri saat dituduh bahwa dirinya tamak karena menginginkan baju dan makanan yang diperuntukkan bagi orang lain.

"Aku punya pengalaman buruk tentang ketidakjelasan aturan main yang dibuat Pak Tani. Kemarin Si Kuda di tambatkan di pohon depan rumah, kemudian dia diajak ke kota dan pulang-pulang membawa sepatu baru dan pelana baru. Minggu kemarin Si Sapi ditambatkan di pohon yang sama, dan sorenya dia telah mengenakan lonceng baru. Bulan kemarin Si Kucing dikurung di kurungan ayam, dan sorenya dia telah mengenakan kalung dari emas. Sementara aku selalu dibiarkan ndlongop tanpa pernah diberi penjelasan. Mengapa mereka mendapat hadiah sementara aku dibiarkan saja bekerja keras tanpa pernah diperhatikan! Jangan salahkan aku bila merasa diperlakukan tidak adil!

^_^

Pak Tani terdiam mendengar kata-kata Si Anjing. Dia malu banget telah ketahuan dibantah oleh anak buah sendiri di hadapan belasan petani lain. Namun dia tidak bisa berbuat apa-apa karena semua yang dikatakan Si Anjing Gembala benar belaka. Pak Tani tidak mau merusak reputasinya sebagai calon kuat kepala kampung dengan menghukum Si Anjing Gembala. Bisa-bisa para calon pemilihnya lari ke calon lain karena takut kejadian yang menimpa Si Anjing Gembala akan menimpa mereka
wilayah kawasan perbukitan Batunyana Bojong Tegal yang begitu indah dengan latar belakang pemandangan alam pegunungan dan persawahan

SEJARAH KAB. TEGAL

Kekayaan sejarah sebuah kota atau kawasan terlihat dari jejak peninggalan apa yang disebut cultural heritage dan living cultural yang tersisa dan hidup di kawasan tersebut. Keduanya merupakan warisan peradaban umat manusia.
Demikian halnya dengan Kabupaten Tegal, Wilayah yang kaya akan jejak peninggalan kesejarahan sebagai penanda bahwa Kabupaten Tegal sebagai tlatah kawasan tak dapat dilepaskan dari keterkaitan garis sejarah hingga membentuk kawasan sekarang ini.
Penekanan pada bidang pertanian misalnya, tak dapat dilepaskan dari kondisi wilayah dan akar kesejarahan tlatah Kabupaten Tegal yang mengembangkan kapasitasnya selaku wilayah agraris. Tradisi keagrarisan dimulai dari ketokoan Ki Gede Sebayu juru demung trah Pajang. Bahkan kalau dirunut keagrarisan itu dimulai semenjak Mataram Kuno.
Kesaksian ini diperkuat denga ditemukannya artefak kuno dan candi di Pedagangan. Ditambah tlatah Tegal kerapkali dikaitkan dengan kerajaan Pajang dan Mataram Islam yang cenderung kekuasaan dengan basis pada agraris ( De Graaf, 1986).

Juru Demung Ki Gede Sebayu
Tegal berasal dari nama Tetegal, tanah subur yang mampu menghasilkan tanaman pertanian (Depdikbud Kabupaten Tegal, 1984). Sumber lain menyatakan, nama Tegal dipercaya berasal dari kata Teteguall. Sebutan yang diberikan seorang pedagang asal Portugis yaitu Tome Pires yang singgah di Pelabuhan Tegal pada tahun 1500 –an (Suputro, 1955).
Namun sejarah tlatah Kabupaten Tegal tak dapat diepaskan dari ketokohan Ki Gede Sebayu. Namanya dikaitkan dengan trah Majapahit, karena sang ayah Ki Gede Tepus Rumput ( kelak bernama Pangeran Onje) ialah keturunan Batara Katong Adipati Ponorogo yang masih punya kaitan dengan keturunan dinasti Majapahit